KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1 FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL KI HAJAR DEWANTARA

 

Perkenalkan saya Eko mei Sugiharto, Saya Adalah Peserta CGP angkatan 11 dari Jawa Tengah, saat ini saya tengah menempuh Pendidikan CGP, dan sebentar lagi akan mencapai ujung dari materi pertama, sebuah materi yang membuka wawasan baru bagi saya tentang pengajaran dan pendidikan. Pada kesempatan ini saya akan memaparkan kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Modul 1.1 Koneksi Materi.

A.     Sebelum mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan nasional

Sebelum mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara,  pembelajaran yang saya lakukan adalah pembelajaran berdasarkan pengalaman yang pernah saya lalui, di mana pada pelaksanaannya masih bersifat Teacher center, guru menulis di depan kelas, menjelaskan, latihan soal dan ditutup dengan penilaian. Dalam pembelajaran yang saya lakukan, murid hanya berperan sebagai objek pembelajaran dan saya sebagai sumber informasi satu-satunya di kelas. Saya hanya sebatas mentransfer informasi yang saya miliki kepada para murid, ketuntasan pembelajaran diukur dari seberapa jauh penguasaan materi yang tercapai. Penilaian yang saya lakukan masih berfokus pada aspek kognitif saja, seperti hasil pekerjaan rumah atau penilaian harian. Disini biasanya saya hanya melihat nilai murid dari aspek kognitif saja misalnya saat mereka mengerjakan soal berupa Tugas atau Penilaian Harian jika nilai murid sudah mencapai KKM dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu sebaliknya. Sebelumnya-pun saya tidak memperdulikan apakah murid sudah benar-benar paham dari apa yang saya ajarkan atau tidak, karena fokus utama saya lebih pada ketercapaian materi mengingat materi yang saya ajarkan sangat padat

Metode pembelajaran yang saya lakukan masih dominan pada metode ceramah, memberikan materi, lalu contoh soal dan di akhiri latihan soal. Metode yang kurang bervariasi membuat siswa merasa jenuh dan semakin tidak tertarik dengan pembelajaran. Disisi lain sayapun merasa pembelajaran terasa kurang optimal karena pengukuran kemampuan yang hanya fokus pada kemampuankognitif, tanpa melihat aspek afektif dan psikomotorik anak. Pengembangan karakter yang seharusnya menjadi tujuan pembelajaran juga kurang diperhatikan.

Dari sinilah saya menyadari bahwa yang saya lakukan masih jauh dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.

 

A.     Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

1.      Pangajaran dan pendidikan

Kata pengajaran dan pendidikan seringkali kita gunakan secara bersamaan, padahal pada dasarnya kedua hal tersbut adalah berbeda. Pada dasarnya pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pengajaran (onderwijs) merupakan proses transfer pengetahuan kepada murid. Sedangkan pendidikan (opvoeding) adalah proses menuntun anak dengan segala kodratnya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Dari penjelasan singkat ini sudah menggambarkan perbedaan proses interaksi yang terjadi, selain perbedaan proses, juga terdapat perbedaan tujuan yang ingin di capai.

Tugas kita sebagai guru adalah “menuntun “ bukan menuntut. Peran guru disinilah yang biasa kita sebut sebagai fasilitator, kita memfasilitasi proses belajar murid untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kodratnya, baik kodrat alam maupun kodrat zaman.

2.      Teori konvergen

Setiap anak adalah lembaran kertas dengan catatan yang suram, pendidik berkewajiban dan berkuasa untuk menebalkan yang suram menjadi lebih baik dengan menampakkan budi pekerti yang luhur dan membiarkan tulisan jahat tetap suram. Dari pemahaman ini perlu sekali kta menghayati tiga semboyan yang di gaungkan Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.


Setelah mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, saya menyadari  masih banyak pemikiran yang perlu saya benahi agar dapat mewujudkan proses pendidikan yang memerdekakan anak dengan segala kodratnya.


Pendidikan itu menuntun

Pemikiran dasar yang benar-benar harus saya ubah adalah pemahaman tentang pengertian pendidikan. Mulai dari sekarang, pemikiran untuk menuntun anak dalam proses pembelajaran harus benar-benar diterapkan. Karena layaknya petani, kita tidak bisa mengubah padi menjadi jagung, namun kita bisa merawat padi agar menjadi padi yang subur dan tumbuh dengan baik, seperti itulah yang harus kita lakukan, menuntun murid untuk belajar, dengan mengawasi dan mendukung setiap tahapannya seperti menyediakan kebutuhan belajar dan tentunya memberikan akses belajar yang sebaik-baiknya.

 

Anak bukanlah kertas polos

Dalam proses pembelajaran, murid akan selalu mencontoh apa yang kita lakukan, untuk itu kita harus bisa menempatkan diri kita sesuai dengan peran kita. Dalam proses pendidikan kadang kita harus berperan di depan untuk menjadi suri teladan, kadang kita harus berada di tengah-tengah anak untuk memberikan semangat, membuat anak nyaman dengan keberadaan kita, atau bahkan kadang juga kita harus di belakang untuk memberi mereka semangat dan dorongan.

Setiap peran memiliki fungsi dan tugas yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan murid.

B.     LANGKAH PASTI PERUBAHAN

Sebuah pemikiran akan menghasilkan perubahan yang bermakna ketika diwujudkan dalam aksi nyata. Dari hasil pembelajaran ini beberapa langkah yang akan saya lakukan antara lain :

1.      Perubahan paradigma mengajar di kelas dari teacher center menjadi student center, dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi murid untuk belajar dan mengoptimalkan potensi mereka dengan baik.

2.      Setiap anak itu berbeda, maka pembelajaran di kelas diupayakan memfasilitasi setiap murid dengan karakter masing-masing

3.      Peningkatan kompetensi diri untuk lebih memahami filosofi pendidikan melalui KKG, Seminar maupun workshop

4.      Berkolaborasi dengan rekan guru dan sekolah untuk saling berbagi pemahaman tentang pendidikan.

5.     Merefleksi diri dengan baik, agar dapat memperbaiki apa yang dirasa masih belum optimal



Eko Mei Sugiharto, S.Pd., Gr.

CGP angkatan XI

Posting Komentar

0 Komentar